Berdasarkan Penelitian
fenomena burung jantan-dominan inilah yang mendorong Max Planck
Institute for Ornithology yang bermarkas di Seewiesen, Jerman untuk
melakukan penelitian. Mereka mengirim dua penelitinya, Cornelia Voigt
dan Stefan Leitner, untuk menjalankan studi di wilayah baratdaya
Zimbabwe, Afrika, yang menjadi habitat burung pipit beralis putih (
Plocepasser mahali) atau di mancanegara disebut
white-browed sparrow-weaver.
Selain di Zimbabwe, burung ini juga banyak dijumpai di hutan-hutan
Afrika Timur. Mereka hidup secara berkelompok, di mana hanya ada seekor
jantan-dominan dalam kelompok tersebut. Jantan-dominan berkicau dengan
nyanyian tunggalnya yang panjang dan kompleks.
Menurut Voigt dan Leitner, sebagaimana dipublikasikan dalam
Max-Planck-Gesellschaft dan dikutip Sourcecodex, nyanyian tunggal burung jantan-dominan ternyata berkaitan dengan peningkatan kadar testosteron.
Pada daerah beriklim sedang, nyanyian tunggal biasanya hanya muncul
saat fajar selama musim kawin. Hal ini terjadi akibat kenaikan kadar
hormon testosteron pada burung jantan di musim semi, yang akan
meningkatkan aktivitas berkicaunya selama musim kawin.Lain halnya dengan
daerah tropis, di mana burung bisa bernyanyi sepanjang tahun.
Menyadari hormon testosteron sangat berperan terhadap kicauan burung,
serta tidak adanya hubungan antara perilaku berkicau dan musim kawin di
daerah tropis, membuat Voigh dan Leitner melakukan treatment yang
mengejutkan. Keduanya menyuntikkan testosteron ke tubuh pipit beralis
betina, dan lihatlah apa yang terjadi.
Eksperimen ini dilakukannya di dalam sangkar terhadap beberapa burung
betina. Hasilnya, hanya dalam satu minggu burung betina ini sudah mulai
bisa bernyanyi seperti jantan-dominan saat berkicau dengan nyanyian
tunggal. Bahkan, sebulan setelah injeksi testosteron, kualitas suaranya
sudah sama seperti jantan-dominan.
"Melalui studi ini, kami bisa menunjukkan bahwa nyanyian tunggal yang
merdu, panjang, dan kompleks seperti dimiliki jantan-dominan, ternyata
dapat diaktifkan melalui hormon testosteron pada burung betina. Lebih
dari itu, betina juga mau menerima hormon testosteron", kata Cornelia
Voigt.
Ketika jantan-subordinat menerima perlakuan yang sama, kualitas
suaranya pun menjadi sama seperti yang dimiliki jantan-dominan. Artinya,
terjadi peningkatan kualitas suara pada betina dan jantan-subordinat
ketika memperoleh terapi testosteron.
Penerapan di Indonesia
Apa yang bisa dipetik dari hasil penelitian Cornelia Voigt dan Stefan
Leitner? Bagaimana penerapannya untuk kicaumania di Indonesia. Secara
teoritis dan empiris, burung berkicau betina yang selama ini tak pernah
ikut lomba, misalnya kacer, anis merah, anis kembang, cendet, dan
sebagainya, bisa direkayasa menjadi burung lomba.
Caranya dengan menyuntikkan hormon testosteron ke tubuh betina
tersebut, sebagaimana dilakukan Voigh dan Leitner. Selain model injeksi,
bisa juga menggunakan asupan khusus seperti suplemen yang mengandung
hormon testosteron.
Dan yang lebih jelas lagi adalah burung jantan yang tidak pernah mau gacor, hanya
ngriwik
melulu yang kemungkinan disebabkan oleh asupan pakan dengan gizi tidak
seimbang atau yang memang kurang asupan vitamin maupun mineralnya, bisa
distimulasi agar gacor dan berperforma kicauan sebagaimana jantan
dominan. Penerapan yang paling realistis pun adalah dengan memberikan
suplemen yang mengandung hormon testosteron. Di habitat asli, performa
burung jantan seperti ini bisa disamakan dengan jantan-subordinat.
Ketika jantan-subordinat atau burung jantan kurang gacor diberi
asupan yang mengandung hormon testosteron, performa suaranya dipastikan
meningkat tajam dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Dasar Ilmiah
Sebagaimana ditulis Om Kicau dalam artikel "
Peran testosteron dalam proses belajar menyanyi pada burung",
burung jantan umumnya dianggap sebagai karakteristik seksual sekunder
yang khas, dan berada di bawah kendali hormon steroid dari gonad. Hal
ini terkait dengan pertumbuhan dan regresi testis.
Nyanyian burung jantan bertambah dan berkurang sesuai dengan
fluktuasi testosteron di dalam darah. Ada reseptor testosteron di dalam
syrinx (salah satu organ yang berfungsi sebagai penopang utama bagi
bangsa burung untuk berkicau).
Seperti terlihat pada grafik di atas, pada bulan Mei terjadi
peningkatan kadar testosteron pada burung sparrow jantan saat memasuki
musim kawin dan menurun hingga kadar terendah pada bulan September.
Pertanyaan berikut, apa sebenarnya fungsi testosteron pada burung?
Sebelum menjelaskan fungsi testosteron ada perlunya kita tegaskan bahwa testosteron adalah salah satu dari
hormon steroid, di samping
hormon estrogen dan
hormon progestrogen. Hormon steroid, khususnya testosteron, inilah yang mempunyai fungsi dan berperan pada:
1. Dorongan Seksual: Testosteron adalah hormon androgen utama pada
organisme burung jantan dan bertanggung jawab terhadap dorongan seksual.
2. Perkembangan Fisik: Testosteron bertanggung jawab untuk
perkembangan fisik burung, memengaruhi pertumbuhan otot dan tulang,
perkembangan penis dan testis, serta produksi sperma.
3. Suara: Testosteron bertanggung jawab untuk memperdalam suara
burung jantan selama masa pubertas. Selama masa transisi ini, terkadang
suara jantan menjadi “crack” atau secara tidak sengaja melompat antara
pitch yang lebih tinggi dengan yang lebih rendah.
4. Energi: Testosteron merupakan salah satu dari banyak faktor yang
berperan dalam menjaga tingkat energi. Terkadang rendahnya kadar
testosteron berpengaruh terhadap penurunan tingkat energi.
5. Suasana Hati: Testosteron juga dapat membantu menjaga keseimbangan
suasana hati burung jantan. Kadar testosteron rendah yang kronis atau
testosteron yang berlebih dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan
ketidakstabilan emosi.
Gambar di atas adalah skema representasi aksi testosteron dalam otak yang mungkin terlibat dalam pola kontrol kicauan burung.
Bagaimana testosteron diproduksi oleh tubuh?
Produksi testosteron dimulai di kelenjar hipotalamus yang terletak di
daerah otak. Karena rangsangan tertentu seperti gairah seksual, tubuh
akan mengaktifkan hipotalamus untuk mengeluarkan suatu zat yang disebut
gonadotropin-releasing hormone (GnRH).
Setelah GnRH dirilis ke dalam aliran darah, pembuluh darah membawa
hormon tersebut ke kelenjar pituitari. Di kelenjar pituitari, GnRH
mengaktifkan kemampuan kelenjar pituitari untuk menghasilkan
gonadotropin yang disebut follicle-stimulating hormone dan luteinizing
hormone dan memasukkannya ke dalam aliran darah.
Setelah dalam aliran darah, follicle-stimulating hormone dan
luteinizing hormone melakukan perjalanan baik ke testis jantan, atau
indung telur betina. Dalam testis, hormon tersebut mengaktifkan sel-sel
testis yang disebut sel Leydig untuk mensintesis
kolesterol sebagai bahan dasar pembentuk hormon testosteron. Testosteron kemudian dilepaskan ke dalam aliran darah untuk melakukan tugas yang telah ditetapkan oleh hipotalamus.
Pada organisme betina, sejumlah kecil testosteron diproduksi oleh
ovarium. Dalam proses ini, follicle-stimulating hormone dan luteinizing
hormone mengaktifkan sel-sel thecal ovarium. Sel-sel ini juga mampu
mensintesis kolesterol dari tubuh menjadi testosteron.
Sejumlah kecil testosteron juga diproduksi dalam kelenjar adrenal.
Hal ini dapat terjadi baik pada jantan dan betina. Proses ini dilakukan
dengan mengaktifkan sel-sel zona reticularis kelenjar adrenal untuk
mensintesis kolesterol menjadi testosteron.
Jenis makanan dan vitamin pendorong produksi testosteron
Jenis makanan/asupan yang mendorong pembentukan testosteron di dalam
tubuh antara lain adalah makanan yang mengandung mineral Zinc dan
vitamin A, E, B esensial, B5, B6, B12, serta sayuran yang mengandung
banyak senyawa androsterone.
Namun demikian pemberian mineral dan vitamin perlu didasari
pengetahuan yang memadai terhadap mekanisme penyerapan Zinc dalam tubuh.
Pemberian Zinc bersamaan dengan Kalsium misalnya, jangan pernah
dilakukan karena Kalsium, juga besi (Fe), mengurangi daya serap tubuh
terhadap Zinc.
kami menjual Tepung Jangkrik yang kaya akan hormon hormon yang di butuhkan Burung kesayangan anda nama produk kami
"Z M B" untuk pemesanan dan cara pemakain bisa hubungi kami di
+6287825107029